Sabtu, 23 Maret 2013

ANAESTESI INHALASI II

en Inhalasi
N2O
Halotan
Enfluran
Isofluran
Desfluran
Sevofluran
Berat Molekul
44
197
184
184
168
200
Titik Didih (OC)
50.2
56.5
48.5
22.8
58.5
Tekanan Uap (mmHg; 20OC)
Gas
244
172
240
669
170
Aroma
Manis
Organik
Eter
Eter
Eter
Eter
Pengawet
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Stabil pada soda lime
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Koefisien Partisi Gas : Darah
0.46
2.54
1.90
1.46
0.42
0.69
MAC
104
0.75
1.63
1.17
6.6
1.8

1. N2O
- Sifatnya tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah meledak, dan tidak mudah terbakar.
- N2O berbentuk gas pada suhu ruangan dan tekanan ambien (Morgan, 2006).
- N2O memiliki berat molekul rendah, berpotensi rendah, dan kelarutan di darah yang rendah (0.46).
- Efek analgesik bersifat prominen, menimbulkan relaksasi minimal dari otot skelet (Stoelting, 2006).
- Efek tehadap kardiovaskuler : N2O cenderung menstimulasi sistem saraf simpatis. N2O secara langsung mendepresi kontraktilitas miokard, tetapi tekanan darah arterial, cardiac output, dan denyut jantung tidak berubah atau meningkat sedikit akibat stimulasi katekolamin.
- Efek terhadap respirasi : N2O meningkatkan frekuensi pernapasan dan menurunkan volume tidal akibat stimulasi sistem saraf pusat dan aktivasi reseptor regangan paru (> 1 MAC).
- Efek terhadap serebral : Melalui peningkatan CBF dan volume darah serebral, N2O menghasilkan elevasi ringan pada TIK. N2O meningkatkan CMRO2. N2O tidak menimbulkan amnesia retrograd atau gangguan fungsi intelektual. N2O tidak meningkatkan produksi CSF (Stoelting, 2006).
- Efek terhadap neuromuskuler : N2O tidak menyebabkan otot skelet relaksasi, tidak memiliki efek penghambat neuromuskuler dan merupakan pencetus hipertermia maligna yang lemah (Stoelting, 2006).
- Efek terhadap renal : N2O menurunkan RBF melalui peningkatan resistensi vaskuler ginjal.
- Efek terhadap hepar : Aliran darah hepar berkurang selama pemberian N2O.
- Efek terhadap gastrointestinal : penyebab mual dan muntah paska operasi akibat aktivasi dari chemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di medulla.

2. Halotan
- Derivat alkana terhalogenasi.
- Tidak mudah terbakar dan meledak. Pada suhu ruangan berbentuk cairan bening. Bentuk uap dari halotan memiliki bau manis dan tidak menyengat (Stoelting, 2006).
- Efek terhadap kardiovaskuler : Halotan dengan MAC 2 menyebabkan penurunan tekanan darah dan cardiac output sampai 50%, karena depresi miokard langsung. Halotan merupakan vasodilator arteri coronaria, tetapi aliran darah koroner berkurang karena tekanan arterial sistemik menurun. Halotan juga menurunkan kecepatan konduksi impuls nodus AV dan sistem his – purkinje. Halotan tidak meningkatkan heart rate (Stoelting, 2006). Halotan memperpanjang interval QTc pada ECG (Stoelting, 2006).
- Efek terhadap respirasi : Halotan menimbulkan pernapasan cepat dan dangkal. Halotan merupakan bronkhodilator poten. Halotan melemahkan reflek saluran pernapasan dan relaksasi otot polos bronkhus melalui penghambatan mobilisasi kalsium intrasel. Halotan menekan pembersihan mukus dari saluran pernapasan (fungsi mukosiliar) menyebabkan atelektasis dan hipoksia paska operasi (Morgan, 2006).
- Efek terhadap serebral : Halotan menurunkan resistensi vaskuler serebral dan meningkatkan CBF. Peningkatan TIK dapat dicegah melalui hiperventilasi sebelum pemberian halotan. Aktivitas serebral akan menurun pada pemberian halotan (Morgan, 2006).
- Efek terhadap neuromuskuler : Halotan menghasilkan relaksasi otot skelet. Halotan mempotensiasi efek obat penghambat neuromuskuler. Halotan merupakan pencetus hipertermia maligna yang paling poten (Stoelting, 2006).
- Efek terhadap renal : Halotan menurunkan RBF, GFR, dan output urin. Penurunan RBF lebih besar dari GFR, sehingga fraksi filtrasi meningkat (Morgan, 2006).
- Efek terhadap hepar : Halotan menyebabkan penurunan aliran darah hepar sesuai dengan depresi cardiac output. Halotan mengganggu proses metabolisme dan pembersihan dari beberapa obat (fentanil, fenitoin, verapamil) (Morgan, 2006).
- Kontra indikasi : Pasien dengan disfungsi hepar harus dipertimbangkan. Pemberian halotan pada pasien dengan lesi massa intra kranial harus dengan pengawasan ketat karena dapat menyebabkan hipertensi intra kranial. Pasien dengan hipovolemia dan beberapa pasien dengan penyakit jantung berat tidak dapat mentolerir efek inotropik negatif halotan (Morgan, 2006).

3. Enfluran
- Metil etil eter terhalogenasi yang pada suhu ruangan berbentuk cairan bening.
- Mudah menguap dan tidak mudah terbakar.
- Memiliki bau menyengat. Derajat kelarutan dalam darah sedang, potensi tinggi, sehingga memiliki onset dan pemulihan anestesi yang cepat (Stoelting, 2006).

4. Isofluran
- Metil etil eter terhalogenasi berbentuk cairan bening.
- Mudah menguap dan tidak mudah terbakar.
- Memiliki bau menyengat.
- Derajat kelarutan dalam darah sedang, potensi tinggi, sehingga memiliki onset dan pemulihan anestesi yang cepat (Stoelting, 2006).
- Efek terhadap kardiovaskuler : Depresi cardiac minimal. Isofluran meningkatkan tekanan atrial kanan dan aliran darah cutaneus. Isofluran memperpanjang interval QTc pada ECG. Isofluran merupakan vasodilator koroner (Stoelting, 2006).
- Efek terhadap respirasi : Depresi respirasi terjadi selama anestesi. Penurunan pada ventilasi semenit. Isofluran merupakan bronkhodilator yang baik tetapi tidak sebaik halotan (Morgan, 2006).
- Efek terhadap serebral : Pada konsentrasi > 1 MAC, meningkatkan CBF dan TIK, mengurangi kebutuhan O2 metabolik serebral, dan pada 2 MAC menghasilkan electrical silent dari EEG (Morgan, 2006).
- Efek terhadap neuromuskuler : merelaksasikan otot skelet, menghasilkan peningkatan efek obat penghambat neuromuskuler dan dapat mencetuskan hipertermia maligna (Morgan, 2006).
- Efek terhadap renal : menurunkan RBF, GFR, dan output urin (Morgan, 2006).
- Efek terhadap hepar : Total aliran darah hepar (aliran arteri hepatica dan vena porta) berkurang selama anestesi dengan isofluran. Suplai O2 hepar lebih terjaga dengan isofluran di banding halotan. Fungsi hepar sedikit dipengaruhi (Morgan, 2006).
- Kontra indikasi : Pasien dengan hipovolemia berat tidak dapat mentolerir efek vasodilatasi.


5. Sevoflluran
- Metil isopropil eter terfluorinasi.
- Tidak berbau menyengat, menghasilkan bronkhodilatasi dan menyebabkan iritasi saluran pernapasan minimal.
- Koefisien partisi gas : darah menyebabkan induksi dan pemulihan anestesi cepat setelah penghentian pemberian anestetik.
- Efek terhadap kardiovaskuler : secara lemah mendepresi kontraktilitas miokard. Resistensi vaskuler sistemik dan tekanan darah arterial menurun sedikit di banding isofluran.
- Efek terhadap respirasi : Mendepresi respirasi dan melawan bronkhospasme.
- Efek terhadap serebral : Menyebabkan peningkatan ringan pada CBF dan TIK dan dapat mengganggu autoregulasi dari CBF, yang mengakibatkan penurunan CBF selama hipotensi hemoragik.
- Efek terhadap neuromuskuler : Menghasilkan relaksasi otot yang adekuat untuk intubasi anak secara induksi inhalasi.
- Efek terhadap renal : Menurunkan RBF.
- Efek terhadap hepar : Menurunkan aliran darah vena porta, tetapi meningkatkan aliran darah arteri hepatica, sehingga dapat memelihara total aliran darah hepatica dan penghantaran O2.
- Kontra indikasi : Hipovolemia berat dan individu yang rentan terhadap hipertermia maligna, dan hipertensi intra cranial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar