Minggu, 24 Februari 2013

ANASTESSI UMUM

Anastesi umum

Anastesi umum
Adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat irreversible
         Komponen ideal
1.      Hipnotik
2.      Analgesi
3.      Relaksasi otot
METODE ANESTESI UMUM
  1. Parenteral
         IV / IM è tiopental, ketamin, diazepam
  1. Perektal
         Biasanya pada anak
  1. Perinhalasi
FAKTOR-FAKTOR
         Faktor respirasi è  diffusi di alveolus è tekanan parsial gas tertentu
         Faktor sirkulasi è konsentrasi zat anestesi di arterial > vena
         Faktor jaringan è
         Faktor zat anestesi è potensi beda
         Faktor lain è ventilasi, curah jantung, suhu
KONTRAINDIKASI ANESTESI UMUM
Tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan
         Jantung è
         Hepar è obat hepatotoksik, dosis dikurangi
         Ginjal è obat yg diekskresi di ginjal
         Paru è obat yg merangsang sekresi P
         Endokrin è hindari obat yg meningkatkan kadar gula darah
         Dll
JALAN NAFAS
PADA ANESTESI UMUM

Tanda obstruksi parsial jalan nafas
         Stridor
         Retraksi otot dada
         Nafas paradoksal
         Balon cadangan pada mesin anestesi kebang-kempisnya lemah
         Nafas makin berat & sulit
         Sianosis
Tanda obstruksi total jalan nafas
         Retraksi lebih jelas
         Gerak paradoksal lebih jelas
         Kerja otot tambahan meningkat dan makin jelas
         Balon cadangan tidak kembang kempis lagi
         Sianosis lebih cepat timbul

Sebab-sebab obstruksi jalan nafas
         Lidah jatuh ke hipofaring
         Lendir jalan nafas, muntahan, perdarahan, benda asing, gigi palsu,
         Spasme laring
Langkah penanggulangan obstruksi jalan nafas
  1. Posisi kepala dibuat hiperekstensi, mandibula didorong ke atas, mulut sedikit terbuka
  2. Suction daerah mulut & jalan nafas
  3. Pasang pipa orofaring atau pipa nasofaring
  4. Intubasi trakea
  5. Krikotirotomi
  6. trakeostomi

MONITORING SELAMA ANESTESI

TUJUAN MONITORING SELAMA ANESTESI
  1. Diagnosis adanya masalah
  2. Perkiraan kemungkinan terjadi kegawatan
  3. Evaluasi hasil suatu tindakan
YANG DIMONITOR
         Tingkat kedalaman anestesi
         Suhu
         Kardiovaskuler
         Nadi
         EKG
         Tekanan darah
         Produksi urin
         Perdarahan
         respirasi
OBAT BIUS LOKAL/ANESTESI LOKAL
Obat bius lokal/anestesi lokal atau yang sering disebut pemati rasa adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf.
Obat bius lokal bekerja merintangi secara bolak-balik penerusan impuls-impuls saraf ke Susunan Saraf Pusat (SSP) dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau rasa dingin.
Obat bius lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di selaput lendir. Disamping itu, anestesia lokal mengganggu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Artinya, anestesi lokal mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua jaringan otot.
Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:
  1. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen
  2. Batas keamanan harus lebar
  3. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa
  4. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama
  5. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut :
1.      Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai prototip.
2.      Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain.
3.      Lainnya
Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.
Anestesi lokal sering kali digunakan secara parenteral (injeksi) pada pembedahan kecil dimana anestesi umum tidak perlu atau tidak diinginkan.
Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah:
1.      Anestesi permukaan.
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti menjahit luka di kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan luka.
2.      Anestesi Infiltrasi.
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).
3.      Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik dan terapi.
4.      Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk operasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai bawah.
5.      Anestesi Epidural
Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di ruang epidural yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum belakang.
6.      Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui tempat yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis.
Efek sampingnya adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan efek kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung) dengan gejala penghambatan penapasan dan sirkulasi darah. Anestesi lokal dapat pula mengakibatkan reaksi hipersensitasi.
Ada anggapan bahwa obat bius lokal dianalogikan dengan obat "doping" sehingga dilarang seperti kokain yang merupakan obat doping yang merangsang. Kokain adalah anestetik lokal yang pertama kali ditemukan. Saat ini, penggunaan kokain sangat dibatasi utuk pemakaian topikal khususnya untuk anestesi saluran napas atas.
Sumber : Farmakologi dan Terapi edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1995.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat bius lokal /anestesi lokal yang telah diresepkan dokter anda secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat mencari dan beli obat bius lokal /anestesi lokal sesuai dengan kebutuhan anda.

Penilaian dan Persiapan
Pra-anestesi
dr. Iftahuddin, Sp.An, M.Kes
BAGIAN ANESTESIOLOGI dan ICU
RSUD DATUBERU
TAKENGON

Penilaian dan Persiapan
Pra-anestesi

Ú     Tujuan pra-anestesi:
            Menyiapkan penderita sehingga menjalani pembedahan dalam keadaan bugar

Penilaian dan Persiapan
Pra-anestesi ;

Anamnesis
Ú     Riwayat pernah anestesi (alergi, mual, nyeri otot, gatal-gatal, sesak napas)
Ú     Kebiasaan merokok
Ú     Kebiasaan minum alkohol
Ú     Obat-obat yang digunakan

Pemeriksaan Fisis à intubasi
Ú     Keadaan gigi-geligi
Ú     Tindakan buka mulut
Ú     Lidah relatif besar
Ú     Leher pendek
Ú     Leher kaku
Ú     Bentuk dagu

Pemeriksaan Rutin Lain
(Keadaan Umum Sistem Organ)
Ú     Inspeksi
Ú     Palpasi
Ú     Perkusi
Ú     Auskultasi

Pemeriksaan Laboratorium
Ú     Pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit)
Ú     Kimia darah à indikasi tepat
        Ginjal à kreatinin, BUN, Kalium, Natrium
        Hati à SGOT, SGPT
Ú     Masa perdarahan, masa pembekuan
Ú     Urinalisis
Ú     EKG à 50 tahun
Ú     Foto thoraks
Ú     Gula darah à riwayat DM
Klasifikasi Status Fisik
(The American Society of Anesthesiologists [ASA])

Ú     Kelas I : Pasien sehat dan bugar
Ú     Kelas II            : Pasien dengan penyakit sistemik ringan
Ú     Kelas III           : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang                   tidak mengganggu kebugaran fisik
Ú     Kelas IV          : Pasien penyakit sistemik berat dan                                             mengganggu kebugaran fisik yang merupakan                     ancaman kehidupannya setiap saat
Ú     Kelas V            : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau                tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih                   dari 24 jam
Ú     Kelas VI     : Pasien utk donor organ
Pada bedah sito atau emergensi biasanya dicantumkan huruf E


Masukan Oral
Ú     Muntah à aspirasi
Ú     Puasa:
        Dewasa                        6-8 jam
        Anak kecil        4-6 jam
        Bayi                 3-4 jam
Ú     Minuman bening, air putih, teh manis boleh 3 jam
Ú     Keperluan minum obat boleh 1 jam        (air putih)

Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi
Ú     Tujuan
        Meredakan kecemasan
        Memperlancar induksi
        Mengurangi sekresi
        Meminimalkan jumlah obat anestetik
        Mengurangi mual muntah pasca bedah
        Menciptakan amnesia
        Mengurangi isi lambung dan pH cairan lambung
        Mengurangi refleks yang membahayakan
       

Obat-obatan
Ú     Diazepam à 10-15 mg peroral 1-2 jam sebelum induksi
Ú     Petidin à 1-2 mg/kg IM
Ú     Antagonis reseptor H2 à simetidin 600 mg peroral
Ú     Droperidol à 2.5-5 mg IM
Ú     Ondansetron à 2-4 mg IM

Dasar-dasar Anestesi Umum
Tahap-tahap anestesi umum
Ú     Premedikasi
Ú     Induksi
Ú     Rumatan anestesi

Induksi Anestesi
Ú     Induksi: mulai masuknya obat à tidur dalam (hilang nyeri)
Ú     Dilakukan:
        Hati-hati
        Perlahan-lahan à pelumpuh otot à intubasi
        Lembut
        Terkendali

Induksi ;
Induksi inhalasi
Ú     Halotan à 0.5 vol% dinaikkan tiap 3-5 kali tarikan napas 0.5% hingga konsentrasi
            Gas pendamping O2 100%
            N2O/O2 :70%/30%
Ú     Sevofluran à 8 vol % diturunkan perlahan
Ú     Umumnya dilakukan pada anak yang belum terpasang jalur vena
Ú     Enfluran dan isofluran à tidak disukai pasien dan perlu waktu lama

Induksi intravena
Ú     Tiopental à 3-7 mg/kg
Ú     Propofol à 2-3 mg/kg
Ú     Ketamin à 1-2 mg/kg
Ú     Midazolam à 0.05-0.1 mg/kg + ketamin 20-60 mcg/kg untuk kasus kurang baik
Ú     Dilakukan pada pasien kooperatif atau pasien yang sudah terpasang jalur vena

Induksi intramuskuler
Ú     Ketamin 5-7 mg/kg
            Dilakukan pada anak yang tidak kooperatif
Rumatan Anestesi
Ú     Inhalasi: N2O/O2 kombinasi  dengan:
                   - Halotan 1-2%
                                 - Enfluran 1-3%
                                 - Isofluran 1-2%
                                 - Sevofluran 1-4%
Ú     Intravena: Propofol 4-12 mg/kg/jam
Intubasi Endotrakeal
Ú     Laringoskop à alat yang digunakan untuk melihat laring
Ú     Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut MALLAMPATI dibagi menjadi 4 gradasi:
            Grade 1            : Tampak pilar faring, palatum molle dan uvula
            Grade 2            : Tampak hanya palatum molle dan uvula
            Grade 3            : Tampak hanya palatum molle
            Grade 4            : Palatum molle tidak tampak

         Grade 3 dan 4 diperkirakan akan menyulitkan intubasi trakea




Indikasi Intubasi
  1. Menjaga jalan napas
  2. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
  3. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi

Teknik Intubasi
  1. Pasien tidur terlentang, oksiput diganjal bantal (sniffing position)
  2. Masukkan bilah laringoskop ke dalam mulut (sudut mulut kanan), singkirkan lidah pasien ke kiri sehingga nampak rima glottis
  3. Pada rima glottis tampak pita suara berbentuk “V”
  4. Pipa trakea (tube) dimasukkan melalui pita suara
  5. Setelah pipa melewati trakea, kembangkan balon  dan periksa apakah suara paru kanan-kiri sama

Kesulitan Intubasi
  1. Leher pendek
  2. Mandibula menonjol
  3. Maksilla gigi depan menonjol
  4. Uvula tak terlihat
  5. Gerak sendi temporo-mandibular terbatas
  6. Gerak vertebra servikal terbatas
Komplikasi Intubasi
Selama Intubasi
Ú     Trauma gigi-geligi
Ú     Laserasi bibir, gusi, laring
Ú     Merangsang saraf simpatis (hipertensi-takikardi)
Ú     Intubasi bronkus
Ú     Intubasi esofagus
Ú     Aspirasi
Ú     Spasme bronkus

Setelah Intubasi
Ú     Spasme laring
Ú     Aspirasi
Ú     Gangguan fonasi
Ú     Edema glottis-subglottis
Ú     Infeksi laring, faring, trakea

Ekstubasi
  1. Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar
        Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan
        Pasca ekstubasi ada resiko aspirasi
  1. Ekstubasi dilakukan umumnya pada  saat anestesi sudah  dangkal dengan catatan tak akan terjadi spasme laring
  2. Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut, laring, faring dari sekret dan cairan lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar