Minggu, 24 Februari 2013

KESEIMBANGAN AIR DAN ELEKTROLIT

Dalam tubuh, faal sel bergantung pada keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan ini diatur oleh banyak mekanisme fisiologis yang terdapat dalam tubuh. Pada bayi dan anak sering terjadi ganguan keseimbangan tersebut, yang biasanya disertai perubahan pH cairan tubuh pula.
Seimbang = sama (antara kiri dan kanan sama/ dalam batas normal)
Tubuh orang sehat berusaha mempertahankan susunannya dalam batas-batas normal. Hal ini disebut homeostasis tubuh dan dilakukan dengan berbagai sistim tubuh yang selalu mengoreksi setiap perubahan, misalnya perubahan jumlah cairan, perubahan kadar natrium, kalium, klorida, fosfor, dan ion hydrogen.
AIR
Bila sistim yang mengurus jumlah cairan tubuh mengetahui suatu kekurangan atau kelebihan melalui osmoreseptor dalam hypothalamus, maka produksi hormon antidiuretik ditambah atau dikurangi. Dengan demikian diuresis berkurang atau bertambah untuk mengoreksi perubahan jumlah cairan tersebut.
Air adalah cairan tubuh yang berada didalam tubuh, cairan didalam tubuh dibagi dua :
  1. Cairan Intra seluler.
Adalah cairan yang terdapat dalam sel-sel tubuh, missal : sel otot, tulang, organ-organ dll.
Jumlah cairan intra seluler adalah 35 – 40 % dari berat badan.
  1. Cairan Extra Seluler.
Adalah cairan yang terdapat diluar sel, terdiri atas :
  • Cairan intra vaskuler
Adalah cairan yang terdapat didalam pembuluh darah
  • Cairan interstitial
Adalah cairan yang terdapat diantara sel-sel.
  • Cairan transeluler
Adalah cairan yang melintas diantara sel-sel.

Jumlah cairan extra seluler adalah 20 – 25 % dari berat badan.
Jumlah air dalam tubuh harus dipertahankan dalam batas-batas tertentu untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dengan baik.
Tubuh mausia terdiri dari :
    1. Lean body mass (tubuh tanpa jaringan lemak), yaitu air, tulang, jaringan bukan lemak.
    2. Jaringan lemak.
Tubuh merupakan 73 % dari lean body mass, sedangkan jaringan lemak hanya sedikit mengandung air. Oleh karena itu tubuh orang gemuk relatif mengandung lebih sedikit air dibandingkan dengan tubuh orang kurus.
Elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam cairan tubuh, antara lan :
    1. Solium
    2. Kalium
    3. Klour
    4. Kalsium
    5. Zinkum
    6. Asam karbonat
    7. CO
    8. H2  (Hidrogen)
    9. O2  (Oksigen)
Jumlah cairan tubuh :
Hal Cairan intra seluler Cairan extra seluler Jumlah
BBLR Neonatus
Anak
Dewasa
30 % dari BB 35 % dari BB
35 % dari BB
40-45 % dari BB
50 % dari BB 35-40 % dari BB
30 % dari BB
15-20 % dari BB
80 % dari BB 70-77 % dari BB
65 % dari BB
55-60 % dari BB
Pengeluaran Cairan Fisiologis
Adalah pengeluaran cairan secara normal, atau disebut juga normal water loss (NWL) dimana rata-rata ±100 cc / KgBB / 24 Jam.
Normal water loss (NWL) terdiri atas :
  • Insisibel water loss (IWL)
Adalah kehilangan cairan yang tanpa disadari atau pengeluaran cairan dari penguapan d kulit dan keringat.
  • Ekskresi urine dan veses.
  • Air ludah, air mata.
  • dll.
Cairan dalam tubuh, diperoleh dari :
  1. Masukan oral (melalui makanan dan minuman)
  2. Hasil metabolisme endogen dari kabohidrat, lemak, protein, mineral dan  vitamin.
Kebutuhan cairan menurut berat badan sehari-hari
Menurut Rumus hollidays sgar adalah :
u  1 kkal   =  1 cc
u  BB 0 – 10 Kg     = 100 cc / KgBB / hari
u  BB 11 – 20 Kg   = 1000 cc / KgBB / hari  + 50 cc / KgBB tiap diatas 1 kg.
u  BB   > 20 Kg      = 1500 cc / KgBB / hari  + 20 cc / KgBB tiap diatas 1 kg.

Aspek patofisiologis dari keseimbangan air dan elektrolit
ASIDOSIS
Konsentrasi ion hydrogen dalam cairan tubh naik, karena factor metabolic dan respiratorik.
  • Asidosis Metabolik pada anak-anak dapat disebabkan oleh:
  1. Kehilangan fixed base (natrium dan sebagainya) melalui traktus digestivus misalnya pada diare, fistel usus, dll.
  2. Penyakit yang menyebabkan suhu tubuh naik dan nafsu makan berjurang, sehingga zat lemak dan protein tubuh digunakan untuk metabolisme dan metabolit asam bertambah (keton, beta hidroksibutirat, aseto-asetat), misalnya pada infeksi, kelaparan, dehidrasi dan diabetes.
  3. Kegagalan homeostasis ginjal, seperti pada gagal ginjal kronis, keracunan salisilat, dll.

  • Asidosis respiratorik pada anak dapat terjadi karena tekanan parsial CO2 dalam darah naik sehingga kadar asam karbonat juga naik.
Hal ini dapat terjadi pada :
  1. Obstruksi dinding alveolus : edema paru, emfisema paru, fibrosis.
  2. Penyakit susunan saraf pusat : keracunan morfin, poliomyelitis yang mempengaruhi pernapasan.
  3. Aliran darah ke paru berkurang seperti pada penyakit jantung bawaan.
Gejala dari asidosis :
Pernapasan Kussmaul, apatis atau gelisah, kadang-kadang koma, hiperventilasi, kulit kering, bibir berwarna merah buah cherry, napas mungkin berbau aseton. Anak besar mengeluh mual, nyeri perut dan nyeri kepala.
ALKALOSIS
Konsentrasi ion hydrogen turun dalam cairan tubuh akibat factor metabolic atau respiratorik.
  • Alkalosis Metabolik pada anak dapat di sebabkan oleh :
  1. Kehilangan klorida oleh muntah-muntah, misalnya pada stenosis pylorus atau obstruksi duodenum (mula-mula memang kadar CO2 bertambah, tetapi karena natrium terus ke luar dengan mudah, maka akhirnya terjadi kekurangan natrium dan dehidrasi, sehingga pH turun dan alkalosis berubah menjadi asidosis).
  2. Terlalu banyak makan bicarbonas natrikus atau alkali lain.
  3. Alkalosis Respiratoruk pada anak dapat terjadi pada hiperventilasi dan hiperpnu (pernapasan kussmaul) oleh perangsangan pusat pernapasan, sehingga terlampau banyak CO2 dikeluarkan.
Keadaan demikian dapat terjadi pada :
  • Infeksi susnan saraf pusat, misalnya ensefalitis.
  • Keracunan salisilat. Mula terjadi hiperventilasi dan mungkin muntah-muntah, tetapi akhirnya alkalosis respiratorik berubah menjadi asidosis metabolic. Kadang-kadang disertai diatesis haemorragis, hiperpireksi dan renjatan. Keracunan salisilat mungin oleh kebanyakan makan salisilat idiosinkrasi atau akumulas akiba pengobatan.
Gejala-gejala alkalosis :
  • Pernapasan dangkal dan lambat pada alkalosis metabolic.
  • Rasa mual dan sering muntah.
  • Kesadaran dapat menurun sampai stupor.
  • Parestesia.
  • Pada anak dewasa mungkin didapatkan nyeri kepala.
DEHIDRASI
Keadaan ini terjadi bila cairan yang dkeluarkan oleh tubh melebihi cairan yang mask.
Normal cairan yang ke luar dari tubuh melalui :
  1. Ginjal sebagai urin
  2. Kulit sebagai keringat dan uap
  3. Paru-paru sebagai uap
  4. Usus sebagai tinja
Cairan yang keluar biasanya disertai elektrolit.
Pembagian dehidrasi berdasarka tonisitas darah :
  1. Dehidrasi isotonik : tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah.
  2. Dehidrasi hipotonik : konsentrasi eletrlit darah menurun.
  3. Dehidrasi hipertonik : konsentrasi elektrolit darah naik, biasanya disertai rasa haus dan gangguan neurologis.
Karena tonisitas darah terutama ditentukan oleh kadar natrum di dalam plasma, maka biasanya penentuan jenis dehidrasi tersebut dilakukan berdasarkan kadar natrium tersebut, yaitu :
  1. Dehidrasi isotonic, bla kadar natrum dalam plasma 130 – 150 mEq/l dan dapat disebut juga dehidrasi isonatremia.
  2. Dehidras hipotonik, bila kadar natrum dalam plasma < 130 mEq/l dan dapat disebut juga dehidrasi hiponatremia.
  3. Dehidrasi hipertonik, bila kadar natrium dalam plasma > 130 mEq/l dan dapat disebut dehidrasi hipernatremia.
Dehdrasi dapat juga dibagi berdasarkan derajatnya, yaitu :
  1. Dehidrasi ringan, bila kehilangan cairan mencapai 5 % berat badan.
  2. Dehidrasi sedang, bila kehilangan cairan diantara 5 – 10 % berat badan.
  3. Dehidrasi berat , bila kehilangan cairan > 10 % berat badan.
Anak besar dan orang dewasa, jika kehilangan cairan > 5 % berat badan sudah dikatakan dehidrasi berat.
Kehilangan cairan yang berlebihan dapat terjadi melalui :
  1. Kulit, misalnya keringat banyak keluar pada udara panas, demam, luka bakar, dan sebagainya.
  2. Traktus digestivus, misalnya melalui muntah-muntah, diare, fistel, dll.
  3. Traktus urinarius, misalnya diabetes insipidus, diabetes melitus.
  4. Paru-paru, misalnya hiperventilasi.
  5. Pembuluh darah, misalnya perdarahan.
Gejala dehidrasi :
  1. Ras haus
  2. Berat badan turun
  3. Kulit, bibir, dan lidah kering.
  4. Turgor kulit dan tonus kurang
  5. Mata dan ubun-ubun cekung
  6. Pembentukan urin berkurang
  7. Anak menjadi apatis, gelisah
  8. Kadang-kadang kejang, akhirnya timbul gejala asidosis dan renjatan dengan nadi dan jantung yang bergerak cepat dan lemah, tekanan darah menurun.
  9. Kesadaran menurun.
  10. Pernapasan kussmaul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar